I. Pengantar
Belakangan ini, berita
tidak benar atau hoax marak beredar di dunia maya. Mirisnya, banyak yang percaya dengan informasi hoax
tersebut. Media sosial semestinya dimanfaatkan untuk bersosialisasi dan
berinteraksi dengan menyebarkan konten-konten positif. Sayangnya, beberapa
pihak memanfaatkannya untuk menyebarkan informasi yang mengandung konten
negatif. Jika hal tersebut dibiarkan, dikhawatirkan akan membahayakan generasi
muda. Menyadari hal tersebut, sudah banyak kelompok yang secara proaktif
mengajak masyarakat agar lebih cerdas menggunakan media sosial. Pemerintah juga
terus berupaya untuk mengurangi penyebaran hoax atau berita palsu dengan cara
menyusun undang-undang yang di dalamnya mengatur sanksi bagi pengguna internet
yang turut menyebarkan konten negatif. Pengguna media sosial yang secara umum di dominasi mereka yang masih berusia
muda. Tak sedikit pula yang masih berstatus sebagai pelajar/mahasiswa. Oleh
karena demikian berita hoax menjadi tanggungjawab pendidikan. Para
pendidk dituntut untuk cermat dalam membaca serta melihat keadaan yang terjadi
dilapangan. Kehadiran mereka dalam menangkal berita hoax terhadap anak
didik sangat dibutuhkan, baik itu Sekolah, maupun Guru tentunya harus memberi
pembelajaran, pengajaran dan pendidikan terkait bahaya informasi atau berita hoax
tersebut. Karenanya, peranan warga sekolah/perguruan tinggi dalam menyikapi
informasi atau berita palsu (hoax) ini sangatlah penting.
II. Isi
Mengidentifikasi Berita Hoax
Seiring
dengan perkembangan teknologi informasi serta pertukaran informasi di internet,
terutama di media sosial, situs abal-abal dan berita-berita palsu (hoax)
semakin ramai bermunculan. . Berkembangnya media sosial memudahkan kita dalam
mendapatkan informasi atau berita terkini yang sedang hangat diperbincangkan.
Fasilitas "share" di media sosial juga mempermudah kita dalam
berbagi informasi yang kita dapatkan. Namun sayangnya, kemudahan tersebut kerap
kali disalahgunakan oleh berbagai pihak untuk menyebarkan berita bohong atau
informasi hoax.
Informasi atau berita apapun yang
kita peroleh sebaiknya diperiksa bahkan dikoreksi terlebih dahulu kebenarannya,
jangan langsung disebarkan, karena bisa jadi informasi atau berita tersebut
merupakan sebuah kebohongan belaka atau pula suatu modus tertentu untuk
memancing kita meyakini seakan-akan informasi
atau berita tersebut benar apa adanya.
Mengedukasi Siswa, Keluarga,
Kolega untuk memerangi Hoax
Selain dari pihak pemerintahan dibutuhkan lapisan
lainnya untuk mengajak masyarakat lebih 'melek' terkait berita hoax,
untungnya gerakan-gerakan anti hoax kini juga ikut bergerak mengedukasi
masyarakat yang dimana bergerak melalui sosial media, serta dibutuhkannya media
yang konsisten untuk memberikan berita yang akurat. Untuk memerangi hoax
diperlukan peran aktif dari berbagai lapisan masyarakat, sehingga hoax
dapat diatasi dengan efektif dan tidak berpengaruh terhadap sikap masyarakat
serta mengganggu kehidupan masyarakat. Pendidik merupakan bagian dari elemen
masyarakat memiliki tanggung jawab dan peran yang penting dalam memerangi hoax
dengan cara mengedukasi siswa di sekolah, keluarga, kolega dan masyarakat.
Satuan pendidikan merupakan tempat yang strategis
dalam memerangi hoax bagi pelajar. Sekolah dapat menyusun program
edukasi penolakan berita hoax yang terintegrasi pada setiap mata
pelajaran, guru dapat menyisipkan berita hoax yang berkembang dengan
membandingkan informasi secara teoritis dan fakta, sehingga siswa langsung
dapat menganalisis perbandingan antara fakta dan opini yang tersebar. Dengan
demikian, siswa dapat mengambil keputusan bahwa apa yang disebarkan dalam media
sosial itu tidak asal diterima, melainkan harus dipilah melalui proses ilmiah
(diamati, dipertanyakan kebenarannnya, dicari faktanya, dianalisis, baru
disimpulkan dan menjadi keputusan).
Mengenai hoax, ada baiknya baik salah satu
maupun keseluruhan anggota keluarga yang melek internet berperan sebagai
penangkal atau hoax buster. Jadi, mereka sebagai tempat konsultasi
anggota keluarga ketika mendapati hoax lewat media sosial atau aplikasi
pesan instan. Tak kalah penting adalah cara penyampaiannya. Karena, bisa saja
yang mendapati hoax adalah orang yang lebih tua. Anggota keluarga yang
menjadi penangkal hoax harus bisa melakukan pendekatan tanpa terkesan
menggurui atau terkesan tidak sopan. Lebih dari itu sapatutnya lah kita
memberikan suatu pemahaman yang lebih luas terkait informasi hoax ini.
Adapun beberapa hal terkait edukasi anti hoax
dapat dilaksanakan meluai beberapa kegiatan dalam lingkungan sekolah
diantaranya :
1. Memberikan umpan balik terhadap berita yang
unsurnya bernilai provokatif, karena tidak jarang tulisan tersebut dimanfaatkan
para penyebar berita palsu dengan mendistorsi judul yang provokatif meski sama
sekali tak relevan dengan isi berita. Langkah ini begitu penting agar menyuruh
meneliti kembali alamat situs dalam konten website tersebut, hal ini
dimaksudkan agar pembaca tidak menelan mentah-mentah ucapan seorang narasumber
yang dikutip oleh situs berita.
2. Mengintegrasikan nilai edukasi anti hoax
dalam proses kegiatan pembelajaran dilaksanakan dalam kelas.
3. Melakukan Sosialisasi beberapa dampak yang
ditimbulkan dari berita hoax dalam pembinaan siswa, baik pembinaan yang
dilakukan oleh wali kelasnya sendiri dalam kelas maupun pembinaan secara umum
oleh Kepala Sekolah dalam lingkungan sekolah.
4. Melakukan kegiatan integrasi edukasi anti hoax
dalam pembinaan kepegawaian dan kegiatan kekeluargaan guru oleh kepala sekolah
dam lingkungan sekolah.
dampak yang timbul dengan adanya
berita hoax antara lain :
1. Merugikan suatu
pihak
Dari paparan isi bahkan Judul
yang bernilai provokatif terhadap beritanya yang tidak akurat dapat menuai berbagai
opini negatif, tentu opini negatif ini dapat merugikan pihak-pihat tertentu.
2. Dapat memperburuk
reputasinya seseorang
Apabila berita tersebut tidak
kita cermati atau teliti dan langsung kita "share" ke
rekan-rekan atau ke pengguna media sosial lain juga jadi ikut percaya, itu bisa
jadi bahaya besar ! sebab isi berita hoax yang merugikan tersebut bisa
membuat image / reputasi seseorang menjadi jelek.
3. Menyebarkan fitnah
Selain reputasi buruk yang
terbentuk, fitnah pun bisa tercipta melalui berita hoax yang tersebar.
4. Menyebarkan
informasi yang salah
Baiknya kita jangan langsung
percaya dari judul / isi yang terkesan ilmiah juga, harusnya terlebih dahulu
kiat cek sumber dan keaslian sumber dari pada berita tersebut. Jangan sampai
kita malah jadi gagal informatif.
Berita hoax
sebenarnya bisa kita deteksi dengan beberapa cara. Berikut merupakan beberapa
hal yang kita lakukan untuk mendeteksi atau mengidentifikasi apakah sebuah
informasi atau berita itu asli atau palsu (hoax) antara lain :
1. Kesesuaian Judul dan Isi
Harus dicek kesesuaian antara judul dan isi
beritanya. Jadi diharapkan, masyarakat tidak hanya membaca sebatas judul, lalu
langsung menyimpulkan isinya.
2. Pastikan Sumber Berita
Masyarakat harus benar-benar
memastikan sumber berita yang dibaca. Jika sumber berita telah terverifikasi
oleh Dewan Pers, maka dapat lebih dipercaya.
3. Lihat Tanggal Terbit
Masyarakat harus mengecek kapan
tanggal berita diterbitkan untuk memastikan berita itu valid atau hoax.
4. Kredibilitas Penulis
Masyarakat harus juga menelusuri
kredibilitas sang penulis artikel, seperti mengecek bagaimana riwayat penulis
dari berita tersebut.
5. Arah Keberpihakan
Penulis/Media
Masyarakat harus melihat
bagaimana arah keberpihakan penulis/media tersebut. Apakah pemberitaannya berat
sebelah ke salah satu kubu atau tidak?
6. Klarifikasi Ulang
Masyarakat harus melakukan
klarifiskasi isi berita kepada pihak terkait berdasarkan berita yang
ditampilkan.
III. Penutup
Semoga
dengan artikel ini, kita bisa dapat utuk lebih mencerna berita dan juga
kedepannya kita juga bisa menangkal hoax di
dalam lingkungan kita. Tidak hanya dalam lingkungan keluarga, tetapi juga dalam
lingkungan masyarakat atau dalam kehidupan kita sehari-hari. Mari kita
musnahkan berita hoax!!
Sumber: https://kominfo.go.id
Tidak ada komentar:
Posting Komentar